Sastra Jen Rahayu ning Rat Pangruwat ing Diyu

Mengurai Makna Sastra Jen Rahayu Ning Rat Pangruwat Ing Diyu
Mengurai Makna Sastra Jen Rahayu Ning Rat Pangruwat Ing Diyu

Sastra Jen Rahayu Ning Rat Pangruwat Ing Diyu adalah salah satu ungkapan yang sarat makna dari warisan spiritual dan budaya masyarakat Jawa. Sastra dalam budaya Jawa sendiri tidak hanya sekadar rangkaian kata yang indah, melainkan juga sebuah jendela untuk memahami makna mendalam tentang kehidupan, alam semesta, dan esensi manusia. Ungkapan ini mengandung filosofi luhur, dan melalui artikel ini, pembaca diajak untuk mengeksplorasi makna simbolis dan spiritualnya.

Melalui artikel ini, kita diajak menelusuri makna simbolik dan spiritual dari ungkapan tersebut, serta bagaimana ia merefleksikan pandangan hidup masyarakat Jawa yang sarat kearifan lokal. Dengan memahami sastra, kita tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga dapat merenungkan nilai-nilai yang relevan dalam kehidupan modern.

Semoga tulisan ini dapat memberikan pencerahan, menggugah kesadaran budaya, dan menjadi jembatan antara masa lalu yang arif dan masa kini yang dinamis.

Definisi, Etimologi, dan Asal Istilah Sastra Jen Rahayu Ning Rat Pangruwat Ing Diyu

Frasa Sastra Jen Rahayu Ning Rat Pangruwat Ing Diyu adalah konsep sentral dalam spiritualitas dan filsafat Jawa. Beberapa sumber mengidentifikasikannya sebagai akar etimologis dari istilah “Sesajen“, meskipun hubungan ini tidak selalu diakui secara universal. Frasa ini seringkali muncul dalam varian penulisan yang sedikit berbeda namun merujuk pada konsep yang sama, seperti Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu, yang merupakan bentuk yang lebih umum dikenal.

Konsep ini dipahami sebagai sebuah ajaran atau ilmu (sastra) kuno Jawa yang luhur dan mendalam. Ia sering digambarkan sebagai wejangan suci atau bahkan mantra sakti yang bertujuan untuk mencapai keselamatan dan memurnikan diri dari unsur-unsur negatif. Beberapa sebutan lain yang merujuk pada esensi ajaran ini antara lain Sastra Ceta (ajaran yang jelas/terang), Sastra Harjendra (ajaran raja/utama), Sastradi (ajaran yang adiluhung/luhur), atau deskripsi filosofis seperti Ngelmu wadining bumi kang sinengker Hyang Jagad Pratingkah (Ilmu rahasia alam semesta yang tersembunyi/berasal dari Tuhan).

Asal-usul Sastra Jen Rahayu Ning Rat Pangruwat Ing Diyu diyakini memiliki akar yang sangat tua dalam tradisi Jawa, bahkan sebelum pengaruh Hindu-Buddha. Jejaknya dapat ditelusuri dalam sastra Jawa Kuno, seperti teks Uttarakanda dan Kakawin Arjunavijaya karya Mpu Tantular pada era Majapahit. Namun, penyebaran ajaran ini dalam bentuknya yang dikenal sekarang lebih banyak terkait dengan kisah pewayangan, terutama lakon pertemuan Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi (lakon Alap-alap Sukesi).

Meskipun ajarannya kuno, istilah “Sastra Jendra” secara spesifik kemungkinan baru muncul pada abad ke-19, seperti dalam Serat Wedhatama karya Yasadipura I. Sebelumnya, ajaran dengan esensi serupa mungkin dikenal dengan nama lain, seperti Sanghyang Tattwajnana Nirmala Nawaruci. Ajaran ini terus berkembang dan dihayati dalam berbagai aliran kebatinan atau Kejawen, mulai dari masa kerajaan Hindu-Buddha hingga puncaknya pada masa Mataram Islam.

Makna Kata per Kata Sastra Jen Rahayu Ning Rat Pangruwat Ing Diyu

Untuk memahami kedalaman makna frasa ini, penting untuk mengurai arti dari setiap komponen katanya:

  • Sastra: Secara umum berarti tulisan, ajaran, ilmu, atau kitab. Dalam konteks ini, merujuk pada sebuah ajaran luhur atau ilmu pengetahuan spiritual.
  • Jen/Jendra/Hendra: Kata ini memiliki beberapa makna. Makna yang paling umum adalah “raja” atau “milik raja,” sering diartikan sebagai Tuhan, Raja alam semesta. Selain itu, Jen juga bisa diartikan sebagai “hati” atau pusat kesadaran, “utama,” atau bahkan “menyatu.”
  • Rahayu/Hayu: Bermakna selamat, sejahtera, damai, tenteram, baik, atau indah. Merujuk pada kondisi ideal yang dicita-citakan.
  • Ning/Ing: Merupakan kata depan dalam Bahasa Jawa yang berarti “di” atau “dalam”.
  • Rat: Umumnya diartikan sebagai “dunia”, “jagat raya”, atau “alam semesta”. Namun, terdapat interpretasi lain yang mengartikannya sebagai “darah” atau “getih”, yang mungkin merujuk pada esensi kehidupan atau diri manusia.
  • Pangruwat/Pangruwating: Berasal dari kata dasar ruwat. Memiliki makna membersihkan, membebaskan, menyelamatkan, memurnikan, atau memunahkan hal-hal negatif. Bisa juga diartikan sebagai merawat, meluluhkan, mengubah, atau memperbaiki sesuatu menjadi lebih baik.
  • Ing: Kata depan yang berarti “di” atau “dalam”.
  • Diyu: Merujuk pada entitas atau sifat negatif. Sering diterjemahkan sebagai raksasa (simbol kejahatan atau angkara murka), keburukan, sifat-sifat negatif, angkara, durjana, atau hal-hal yang menyebabkan kebingungan dan keraguan.

Pemahaman Makna Keseluruhan Sastra Jen Rahayu Ning Rat Pangruwat Ing Diyu

Dengan menggabungkan makna kata per kata, frasa Sastra Jen Rahayu Ning Rat Pangruwat Ing Diyu dapat diinterpretasikan dalam beberapa cara yang saling melengkapi:

  • Ajaran Suci dari Tuhan: Sebuah ajaran yang harus dipahami untuk mencapai keselamatan dan kesejahteraan abadi di dunia. Ajaran ini juga memurnikan (meruwat) segala kebingungan dan sifat negatif (diyu).
  • Ilmu Pengetahuan Alam Semesta: Ajaran ini merupakan ilmu tentang alam semesta yang membantu manusia memperoleh kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan sejati, serta terhindar dari keraguan.
  • Ajaran Filosofis: Secara filosofis, ini adalah ajaran luhur dari Tuhan yang bertujuan mencapai kedamaian sejati. Tujuannya adalah memurnikan sifat-sifat angkara murka, keburukan, atau aspek negatif (diyu) dalam diri manusia dan alam semesta.

Secara keseluruhan, Sastra Jen Rahayu Ning Rat Pangruwat Ing Diyu adalah ajaran luhur dari Tuhan yang mengajarkan manusia tentang alam semesta. Tujuannya adalah untuk mencapai keselamatan dan kedamaian sejati dengan membersihkan segala sifat negatif dan kebingungan dalam diri.

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like
Read More

Tujuan dan Fungsi Sesajen dalam Tradisi Jawa

Table of Contents Hide Fungsi Sesajen sebagai Ungkapan Syukur kepada TuhanTujuan Sesajen untuk Menghormati LeluhurSesajen sebagai Sarana Komunikasi…